[post_ad]

Menengok Sejarah Perkembangan Homeopathy di Malaysia

sejarah-homeopathy-malaysia
Prof. Dr. Burhanuddin Al-Helmy (1911-1969)
Dibandingkan Indonesia sejarah Homeopaty di negeri jiran Malaysia jauh lebih maju, bangsa Malaysia telah mengenal Pengobatan Homeopathy bahkan sejak negara ini belum merdeka. 

Melalui tokoh pergerakan bangsanya yang menempuh studi di India, ia membawa sistem pengobatan homeopathy ke tanah-airnya dan kemudian mengembangkannya.

Berikut adalah saduran tulisan Mohamed Hatta Abu Bakar HMD (BIH) mengenai "PERKEMBANGAN HOMEOPATI DI MALAYSIA (The Spread of Homoeopathy in Malaysia)" dalam bahasa Melayu yang telah diterjemahkan secara bebas kedalam ejaan bahasa Indonesia:
Di Malaysia, sistem pengobatan homeopathy didirikan oleh seorang tokoh yang sangat berjasa kepada tanah air yaitu Prof. Dr. Burhanuddin al-Helmy (1911-1969). Seorang yang aktif dalam organisasi politik dan agama, salah seorang pendiri Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) dan pernah menjabat presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS). 
Homoeopati dibawa masuk dan diperkenalkan di tanah Melayu oleh Dr. Burhanuddin ketika ia pulang ke Malaya pada tahun 1929. Dia merupakan lulusan dari Ismaeliah Medical College, New Delhi. 
Berdasarkan keterangannya, homoeopathy begitu berjasa kepadanya karena telah berhasil menyembuhkan penyakit lelah yang dialaminya. Selanjutnya, pada tahun 1937 sampai tahun 1942, beliau bersama Prof. Dr. Gambar membuka Gedung Homeopathy di Singapura dan Johor Bharu. Usaha ini terhenti ketika ia sibuk mengatur soal-soal agama dan tanah air. Bahkan ia pernah ditahan setelah tragedi NATRAH di Pulau Sekijang, untuk periode Agustus 1951 - Sept. 1952. 
Pada akhir tahun 1952, ia mulai kembali mempraktekkan dan menggunakan obat homeopathy dengan memberikan banyak pertolongan kepada keluarga dan sahabatnya. Kemudian, dalam pertemuan dengan beberapa orang pemuda, dia menyarankan supaya ilmu medis homoeopathy dipelajari dan dikembangkan sehingga menjadi pengobatan nasional bagi negara Malaysia Merdeka.
Berdasarkan tulisan Prof. Dr. Mohd Nor, setelah lebih enam bulan, barulah dapat dikumpulkan sebanyak dua belas orang mahasiswa. Pada 15 Desember 1953, Dr. Burhanuddin telah menulis surat kepada Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Singapura untuk mengajar dan mempraktekan homoeopathy ..
Dalam surat jawaban terhadap permohonan itu, disebutkan bahwa praktek homoeopathy tidak diakui dan karena itu lisensi praktek tidak perlu dikeluarkan. Kebenaran untuk kuliah resmi medis homoeopathy diterima, tetapi praktisi homoeopati tidak dapat didaftarkan sebagai Praktisi Medis menurut Undang-undang Peraturan Medis dan tidak bisa disebut "Dokter."
Meskipun tanpa pengakuan - dengan pernyataan itu, tahun 1953/1954 dianggap tahun yang bersejarah dalam tinta tanah air. Pada tahun tersebut, lahir sebuah lembaga atau pusat studi homeopathy yang pertama secara informal di rumah Dr. Burhanuddin sendiri yaitu Kampung Pachitan, Singapura. Antara 12 orang pemuda pelopor yang mengikuti kuliah itu termasuk Prof. Dr. Mohd. Nor Noordin, Dr. Hj. Dali b. Hj. Muin, Dr. Mohammed Hj. Yakub dan Dr. Abd. Rahman Hj. Hashim.
Teks yang digunakan dalam kuliah bagi generasi pendiri pada waktu itu terdiri dari: The Organon of Medicine (Hahnemann); Materia Medica (Nash, Kent, Chauldry); Philosophy (Kent); The Chronic Diseases (Hahnemann); Muqaddimah (Ibnu Khaldun) dan termasuk juga kitab Hadits Arbain.
Dasar sumpah Hippocrates yang masyhur telah dijadikan dasar "Janji Setia". Justru itu, setiap siswa medis homeopathy: harus menganggap Gurunya sebagai Bapak dan anak mereka sebagai saudara kandung, sanggup memandang sesama anggota sebagai keluarga; berjanji tidak memberi "Obat" yang membahayakan serta membunuh kepada pasiennya; berjanji tidak memberi obat untuk menggugurkan janin dalam kandungan; menjaga kehormatan seni pengobatan dengan penghormatan yang tinggi; dan selalu siap melayani di mana saja ia berada.
Meskipun ilmu pengobatan homeopathy sangat baru dan berbagai anggapan negatif dihadapi, tetapi ia menjelaskan betapa pentingnya menanamkan ilmu kepada anak bangsa terutama ilmu terkait dengan kesehatan sebagai upaya mengisi kemerdekaan suatu bangsa. Justru itu, dalam pidato pembukaan kuliah pertamanya, beliau menyatakan:
 "....... Saya berpendapat, ilmu kedokteran homeopathy ini adalah milik bangsa (national asset) yang dapat saya berikan menjadi pusaka abadi buat negara yang merdeka kelak."
"Selain dari itu yang menjadi pilihan saya kepada homeopathy adalah karena pengalaman saya mengidap penyakit lelah di mana saya sering berobat dengan obat-obat lain tetapi tidak dapat sembuh. Tapi setelah saya mencoba obat homeopathy, maka penyakti saya yang selama ini tidak tak kunjung sembuh, sudah pulih. "
"Jadi, saudara-saudara perintis adalah merupakan angkatan yang menjadi harapan bangsa di masa akan datang. Apa lagi ilmu kedokteran ini adalah satu cabang ilmu berdasarkan aliran alami. Jadi itu merupakan suatu sistem yang sesuai dengan kehendak alam."
Kuliah-kuliah bergerak dinamis di pusat Malaysia Health Centre (MHC) di 107, Jalan Sultan Singapura. Pada tahun 1957 berdirilah Dewan Kesehatan Melayu di Singapura dan Dewan Tata Hidup di Kuala Lumpur.
Semangat mengembangkan homoeopathy semakin mendapat lecutan ketika Dr. Corea datang mengunjungi Malaya secara resmi dengan tugas Kongres Kedokteran Homeopathy Sedunia pada masa Malaya Merdeka. Dr. Edward Mac. Heyzer yang pernah bertugas sebagai dokter dan ahli tentara dalam pasukan Inggris selama perang Jepang turut aktif membantu memperluas dan memperkenalkan homeopathy di rumah sakit dan kaum terpelajar. Beberapa orang India yang belajar homeopathy juga membantu dengan bertindak secara awam dalam memberikan perawatan atau membuka toko-toko obat homeopathy.
Pada tahun 1960, berkumpul pula para pendukung dan perintis homoeopathy di Kuala Lumpur untuk memikirkan nasib dan tujuan sistem pengobatan homeopathy serta garis perjuangan untuk dekade-dekade mendatang. Berkat niat yang kuat dan satu pemikiran, maka terbentuklah sebuah asosiasi homoeopathy yang pertama di Malaysia yang dikenal dengan nama "Asosiasi Homoeopathy Malaya" (Homoeopathic Society of Malaya).
Asosiasi Homoeopathy Malaya didaftarkan secara resmi pada tahun 1961 di mana Presiden pertamanya adalah Prof. Dr. Burhanuddin sendiri. Sekretaris Jendralnya, Dr. Mohammad bin Hanif dan Bendahara adalah Dr. Yaakob Ibrahim. Anggota komite yang lain termasuk Dr. Rahmat b. Ma'dom, Dr. Rashad Shamsuddin, Dr. Abd. Rahman Hashim, Dr. Bahrom Shah dan Dr. Ismail b. Muhammad. Markas asosiasi waktu itu adalah di 38-B Jalan Hale (Raja Abdullah) Kuala Lumpur.
Di dalam pidato saat meresmikan asosiasi ini, Prof. Dr. Burhanuddin menjelaskan tujuan dan tujuan asosiasi sebagai:
- Mendirikan dan memajukan pengobatan homeopathy dan lain-lain cara alami.
- Mendorong dan meninggikan kesehatan, kesadaran, kecerdasan rohani dan jasmani.
- Mengadakan fasilitas bertukar pikiran dan pengetahuan antara anggota dan masyarakat dengan mengadakan ceramah dan lain cara yang halal.
- Memajukan kepentingan bersama, meninggikan akhlak dan pelajaran.
- Menanam semangat dan keinginan untuk memajukan diri sendiri dan mengajarkan kepada anggota akan kegiatan-kegiatan homoeopathy.
Asosiasi yang pertama ini membuka keahliannya kepada tiga jenis keanggotaan yaitu: anggota penuh, anggota asosiasi dan anggota pendukung di mana hanya orang yang memiliki kualifikasi saja diterima sebagai anggota penuh. Bersama dengan itu juga, Dr. Burhanuddin menganjurkan agar pusat-pusat pengobatan homeopathy didirikan. Selain memberikan perawatan, pusat-pusat ini juga bisa menjadi tempat-tempat pelatihan kepada siswa homeopathy.
Jasa Dr. Burhanuddin berikutnya adalah menyuarakan masalah homoeopathy beberapa kali di Parlemen saat ia menjadi anggota parlemen untuk tahun 1959-1964. Suaranya yang lantang memungkinkan kegiatan mengembangkan ilmu pengobatan homeopathy bergerak ke seluruh negara. Kemudian dalam mengembangkan homeopathy berikutnya dia berusaha mengumpulkan siswa-siswa yang setia untuk mengikuti kuliah homoeopathy di Ehya Assharif Gunung Semanggol, Perak.
Tidak banyak tulisan-tulisan yang merinci kegiatan pengembangan ilmu medis homoeopathy yang dilaksanakan oleh beliau di tahun-tahun berikutnya. Akhirnya, pada 25 Oktober 1969, Dr. Burhanuddin pulang ke Rahmatullah setelah berhasil menaburkan banyak jasa-jasa kepada masyarakat, orang Melayu, Islam, politik tanah air dan tidak ketinggalan mewariskan homeopathy. Justru banyaknya jasa-jasa beliau seperti yang disebut-sebut dalam sejarah tanah air sebelum dan setelah merdeka, maka beliau masih dikenang hingga ke hari ini.
Kepergian almarhum Dr. Burhanuddin memang sulit dicari penggantinya. Tapi demi untuk memimpin asosiasi yang masih muda ini, kepemimpinan asosiasi diberikan kepada wakilnya yaitu Prof. Dr. Mohd. Nor Noordin. Pergerakan homeopathy dikatakan bergerak lebih aktif lagi setelah itu dengan menambah jumlah penggemar dan pendukungnya. Pada tahun 1979, asosiasi ini diubah namanya menjadi Asosiasi Medis Homoeopathy Malaysia (Malaysia Homoeopathy Medical Association) atau ringkasnya PPHM.
Di bawah pimpinan Dr. Mohd. Nor, asosiasi ini semakin giat aktivitasnya dengan menyelenggarakan ceramah, seminar dan memberi kuliah. Ini terutama ketika pusat-pusat pengobatan homoeopathy mulai tumbuh dengan pesatnya di Kuala Terengganu, Guar Chempedak (Kedah), Parit Buntar, Krian (Perak), Muar (Johor), Jasin (Melaka), Sungai Besar, Klang, Sekinchan (Selangor), Kota Bharu dan tempat lainya dimana layanannya mendapat sambutan.
Pada tahun 1980an, asosiasi ini juga mulai mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan banyak seminar-seminar yang diadakan turut dinaungi oleh tokoh-tokoh politik. Dengan pertolongan praktisi seperti Dr. Dali, Dr. Abd. Ghani, Dr. Nik Omar, Dr. Teo, Dr. Ghulam Rasool dan anggota komite PPHM 1970-1984, diberitakan bahwa homeopathy berhasil dikembangkan di universitas-universitas, terutama di UTM.
Perkembangan di akhir-akhir ini menunjukkan satu demi satu organisasi homoeopathy diwujudkan apakah ia mendapat dasar dari PPHM ataupun tidak. Diantaranya adalah asosiasi Dr. Mohamad Hj. Yaakob yang mendirikan Asosiasi Medis Homoeopathy Bumiputera Malaysia (PPHBM) yang berkantor pusat di Johor Bahru, Asosiasi Praktisi-praktisi Pengobatan Homeopati Terdaftar Malaysia (MRHP) di bawah Dr. Nik Omar dan Asosiasi Praktisi Kedokteran homoeopati Malaysia (PPPHM) yang berbasis di Alor Star, Kedah.
Namun, kata sepakat dicapai antara PPHM dan PPHBM untuk menyelaraskan daya upaya dan energi serta menghubungkan amanah al-Marhum Prof. Dr. Burhanuddin al-Helmy dengan bergabungnya kedua kesatuan itu mendirikan Dewan Homoeopathy Kebangsaan Malaysia pada 11 April 1993. Dengan itu anggota serikat yang bergabung itu dapat bekerjasama mempertahankan homoeopathy murni menurut paham mereka.
Namun begitu, peran MRHP turut menonjol dari segi perkembangan homeopathy di mata masyarakat modern ini justru aktivitasnya yang bersifat komersial selain kegiatan biasa memberi kursus dan ceramah seperti PPHM. Banyak barang atau hasil produk homeopathy dari kesatuan tersebut mendapat tempat di hati masyarakat. Ini termasuk juga kegiatan dan usaha MRHP membantu masyarakat Selatan Thai sewaktu mengalami banjir dan korban perang saudara di Afghanistan.
Sementara eksplorasi kursus jarak jauh dan penerbitan majalah "Utusan Kesehatan" untuk konsumsi publik oleh PPPHM turut membantu mengembangkan homeopathy dengan lebih luas. Meskipun PPHM yang bersikap tradisional mengkritik dan menolak mengakui kursus semacam itu, namun ia turut berperan membantu memperluas ilmu medis homoeopathy di mata masyarakat. Dalam hal ini, pengangkatan Ke bawah Duli Yang Maha Mulia Sultan Kedah sebagai pelindung PPPHM mungkin membantu asosiasi tersebut dalam keberlangsungannya.
Selain itu, ada kegiatan pengembangan homoeopathy yang dilakukan secara sendirian. Ini terjadi melalui pembukaan pusat-pusat perawatan, produksi produk baru homeopathy, penjualan langsung (direct selling), penerbitan majalah / makalah dan sejenisnya. Meskipun kegiatan secara sendirian tidak disukai oleh asosiasi dan mungkin menimbulkan masalah sampingan, sedikit sebanyak hal itu telah membantu menyebarkan ilmu medis tersebut. Bahkan tidak sedikit kegiatan secara individu juga mendapat tempat di media dan majalah.
Namun, perkembangan yang menarik dalam sejarah homeopathy di Malaysia dan yang membedakannya dengan sejarah perkembangan homeopathy masa awal dan di negara-negara lain adalah tentang usaha murid Prof. Dr. Burhanuddin al-Helmy dalam mengaitkan antara pengobatan homeopathy dengan Islam. Antara bukti-bukti yang sering diperjelaskan oleh mereka termasuk prinsip similimum yang dikiaskan kepada hadis Rasulullah saw tentang jatuhnya lalat ke dalam minuman (yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud), keseimbangan vital force sebagai pancaran ruh dan nama-nama obat homoeopathy yang digunakan yang mana sebagian ada tersebut di dalam al-Qur'an.
Mohamed Hatta Abu Bakar HMD (BIH)
sumber:  http://homeoint.org/
Newest
Previous
Next Post »